Sabtu, 16 Agustus 2014



Bulutangkis pertemukan kita
Perkenalkan namaku  Devi riski maulida umurku 13 tahun, aku bersekolah di salah satu sekolah di Pekalongan. Aku tinggal bersama kedua orang tuaku di gubuk kecil di Pekalongan.  Keluargaku sangat sederhana tetapi kebersamaan di keluargaku sangat terjaga, inilah yang membuatku bahagia, menurutku uang bukanlah segalanya walaupun segalanya butuh uang. Itulah sekilas tentang keluargaku.
Di sekolah aku mempunyai  sahabat bernama aulia dan bela, mereka sahabatku dari kecil, mereka juga tinggal tidak jauh dari rumahku. Tapi, bela pindah ke salatiga karena masalah pekerjaan orang tuanya. Sore ini, sepulang sekolah aku ada janji dengan dia untuk berangkat ke tempat latihan bulutangkis di pekalongan. Saya memang punya cita-cita menjadi pemain bulutangkis,  aku bertekad  bisa membawa Indonesia menjadi macan asia bahkan dunia. Jam menunjukan  tepat pukul 14.30 itu artinya saatnya pulang sekolah, aku  langsung pulang ke rumah untuk mengambil peralatan latihanku nanti. setelah sampai di rumah aku langsung ganti baju dan langsung mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat terlebih dahulu. Setelah sholat aku berpamitan dengan kedua orang tuaku untuk pergi latihan. Aku langsung menuju tempat yang sudah kami janjikan tadi, yaitu di pertigaan jalan. Tapi, aulia belum datang juga, setelah aku menunggu dia pun datang.
“maaf dev baru datang, udah lama menunggu” kata aulia
“ gak kok, udah ayo buruan kita berangkat ke tempat latihan, pasti kita sudah ditunggu coach” sahutku
Setelah kami menempuh perjalanan sejauh 2 kilometer, akhirnya kami sampai di tempat latihan. Kami langsung memakai sepatu dan melakukan pemanasan sebelum mengikuti latihan. Tim tempat aku latihan ini memang lagi giat berlatih untuk mengikuti ajang POPDA tingkat provinsi di semarang bulan depan. Pelatih sedang menyeleksi dua pemain untuk mewakili tim ke ajang POPDA tersebut. Sore ini aku berlatih dengan semangat berharap aku yang akan dipilih untuk mewakili tim kami. Latihan selesai saat jam menunjukan pukul 17.00, saatnya pelatih mengevaluasi latihan tadi.
“kalian semua sangat baik dalam bermain, tapi hanya dua orang yang akan saya kirimkan, dan saya sudah mempunyai dua nama tersebut” kata pelatih
“terus siapa dua nama tersebut coach?” Tanya kami
“Evan dan devi yang akan mewakili tim kita” tambah pelatih
Hatiku tak menyangka atas keputusan coach, tapi rasa bangga pun menyelimuti perasaanku karena bias mewakili tim ini ke POPDA bulan  depan. Aku dan aulia langsung bergegas pulang untuk membertihau kabar gembira ini kepada ayah dan ibu ku.
“ayah, ibu, aku terpilih untuk mengikuti POPDA bulan depan di semarang” ucapku
“selamat ya nak, ini hasil latihan mu selama ini, jangan berpuas diri apalagi sombong” tambah ibu
“iya bu, aku akan tetap teun berlatih”
“apakah aulia juga akan mengikuti ajang itu?” Tanya ayah
“tidak yah, dia tidak terpilih yah” Jawabku
“kasihan sekali dia nak, hibur dia nak, dia pasti sangat terpukul karena ini” tambah ayah
“iya yah, besok coba aku hibur dia yah” jawabku
Keesokan harinya, aku mencari dia di kelas gak ada, di kantin pun tidak ada.  Berdasarkan info dari teman satu kelasnya, aulia tidak masuk sekolah hari ini karena sakit. Mendengar hal itu. Pulang sekolah aku langsung ke rumah aulia.
“ assalamualaikum “  terdengar suara pintu terbuka
“waalaikumsalam, oh devi, silahkan masu dev”
“ya, makasih” ucapku  “aulianya ada ?” tambahku
“aulianya sakit nak, itu dikamar” , lalu aku dizinkan untuk menjenguk aulia di kamarnya
“Lia, kamu sakit apa?” Tanya ku
“badan saya panas dev dari kemarin, eh selamat ya atas terplihnya kamu, maaf baru ngucapin” kata aulia
“iya makasih, kamu juga harus tetep semangat berlatih ya” ucapku “saya pamit pulang dulu ya ada latihan nih, cepat sembuh ya” ucapku
“iya makasih”
Akupun lansgung menuju tempat latihan, aku tambah semangat latihan dan tidak lupa do’a ku panjatkan pada yang maha kuasa.
Setelah giat berlatih dan berdoa, akhirnya ajang yang di nanti-nanti pun tiba. Aku pun berpamitan sama orang tuaku, untuk meminta restu dan kepada aulia sahabatku.
Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, tiba lah aku di GOR semarang, ramai sekali dan antusias banget penontonya, aku semakin semangat.
Pertandingan demi pertandingan aku jalani, dan sampai lah juga di partai final.  Dan aku kaget, ternyata yang aku hadapi adalah bela, sahabat kecilku.  Pertandingan kali ini sangat sulit karena bela jua jago bermain bulutangkis, tapi dengan tekadku yang kuat, akhirnya aku bias memenangkan sekaligus menjadi juara di POPDA tahun ini.
“selamat ya dev, kamu memang hebat” sahut bela.
“makasih bel, kamu juga hebat” jawabku
“suatu saat aku akan mengalahkan mu dev” kata bela
“iya, aku juga siap menghadapimu. Gak ku sangka kita di pertemukan oleh pertandingan bulutangkis ya bel” ucapku
“iya dev, aku juga gak nyangka” jawab bela
Sembari beristirahat mereka saling bercengkrama, untuk menghilangkan rasa kangen di antara kedua sahabat itu. Setelah penerimaan piala dan hadiah, devi pulang ke rumah dengan membawa sejuta kebahagian. Keesokan harinya di sekolah, devi menjadi bintang idola dan buah bibir di sekolahnya.
 Sumber : Pikiran sendiri

Jumat, 15 Agustus 2014



kisah cintaku
Di  sebuah kota hiduplah sepasang kekasih yang bernama Alan dan Desi, Pertemuan mereka  cukup aneh dan ajaib, pada saat ada pertandinga sepak bola, mereka yang sebelumnya masih belum saling mengenal berniat mendukung tim kesayanganya bertanding, alan yang membeli tiket di tribun selatan dan desi yang membeli tiket di tribun timur, mereka pun masuk kestadion, anehnya alan  malah masuk ke tribun timur padahal dia membeli tiket tribun selatan, dan  secara tidak sengaja  duduk bersebelahan. Mereka pun bercengkerama dan berkenalan. Setelah pertandingan itu selesai mereka pun berpisah, tapi perpisahan hanya sekejap mata, desi yang menunggu taxi pun di datangi alan yang membawa motor, karena menunggu taxi terlalu lama desi pun di antarkan pulang oleh alan. Setelah sampai di rumah, alan pun berpamitan untuk pulang, belum lam alan meninggalkan kediaman desi, desi menemukan dompet alan , ingin rasanya desi mengembalikan dompetnya alan, tapi alan sudah terlalu jauh, niat desi untuk mengembalikan dompet itupun ia tunda. Desi masuk ke kamar dan ia pun membuka dompet alan yang berisi ktp, kartu nama, sim, serta sejumlah uang dan secara kebetulan di dompet itu ada nomor handphone alan, tidak menunggu lama desi langsung menghubungi alan untuk megasih tahu bahwa dompetnya ada padanya. Alan pun mengambil  dompet itu ke rumah desi.
                Setelah kejadian itu, mereka pun semakin dekat, semakin mengenal  satu sama lain, kedua remaja itu saling cinta, saling suka. Alan menanyakan apakah desi mau menjadi kekasihnya?? Alan mengucapkan kalau dirinya mencintainya , demikian juga dengan desi, desi yang mempunyai rasa yang sama dengan alan pun menerima untuk menjadi kekasih alan. sepasang kekasih itu menjalani masa mudanya dengan cinta, tiada waktu bagi mereka tanpa cinta, tiada masa tanpa bersama, itulah mereka. Suka duka, tangis tawa mereka lewati bersama.
Setelah beberapa tahun jalinan kasih itu di jalani, entah kenapa sifa desi berubah, desi yang dulunya lemah lembut sekarang menjadi cewek yang pemarah. Jika desi ada masalah pasti alan yang menjadi pelampiasan, walaupun alan tidak tau asal muasal penyebab kemarahan itu. Hampir setiap hari itu menjadi makanan buat alan. Alan laki-laki yang penyabar, tapi namanya juga manusia, kesabaran juga ada batasnya. Alan bingung dengan perubahan sifat kekasihnya itu, berbagai cara telah alan lakukan untuk menenangkan pujaan hatinya jika ada masalah, tapi tak ada satupun cara yang berhasil, desi nampaknya telah di kalahkan dengan amarahnya sendiri. Padahal ada laki-laki yang sangat menyanyanginya.
Saat alan masih bingung dengan perubahan sifat kekasihnya, pada saat di kelas Alan masih tidak mengerti mengapa alan bisa tertarik pada gadis itu. Gadis yang duduk di bangku sebelahnya. Ia tidak istimewa, ia tidak memiliki wajah seperti malaikat, ia tidak berpakaian trendi dan ia tidak banyak bicara. Namun ia memiliki daya tarik tersendiri di mata alan . Kulitnya berwarna kuning. Wajahnya begitu teduh dan menyenangkan. Ia selalu berpakaian sederhana. Ia hanya memoleskan bedak tipis di wajahnya, tidak seperti kebanyakan gadis yang aku kenal dengan berlomba-lomba menggunakan bedak dan make-up hingga terlihat mengerikan di mata alan. Gadis itu juga tidak berusaha menarik perhatian dari alan seperti gadis-gadis yang berada di sekelilingnya, termaksud sahabat gadis itu yang aku tahu namanya Nova.
Sudah beberapa hari ini aku tidak duduk bersebelahan dengan gadis itu. Diana terus saja duduk di bangku itu, Mataku terus menjelajah, mencari sosok gadis yang telah membawa hatiku. Tapi aku tidak melihatnya dimanapun. Dia tidak berada di kelas, tidak juga di perpustakaan, taman dan lapangan basket pun aku tidak melihat sosoknya. Padahal aku benar-benar berniat untuk menanyakan alasan sesungguhnya mengapa ia menghindari diriku. Jika aku berbuat salah padanya, aku akan meminta maaf padanya dan memintanya untuk duduk kembali di sebelahku. Hari demi hari hanya nova yang ada di hidup alan, entah apakah masih ada tempat di hatinya untuk desi??
Saat  dia bercerita tentang masalah yg di hadapinya kepada alan, alan tidak memberikan jawaban apa-apa karena alan sudah sakit hati dengan sikap kekasihnya itu. Desi yang mulai merasa dengan kurangnya perhatian yang di berikan alan untuknya pun mulai menginstropeksi diri bahwa alan juga punya hati yang tidak mau ia sakiti. Desi pun berusaha merubah kembali sifatnya menjadi lebih baik lagi demi sang pujaan hati, desi meminta maaf pada alan tentang semua kesalahan yg ia lakukan pada alan.
Alan tidak percaya dengan niat kekasihnya untuk berubah karena sudah sering desi mengucapkan kata maaf tapi hanya maaf tidak ada hasilnya. alan pun bingung dengan perassannya pada dua bidadari antara desi dan nova ??,  setelah sebulan desi membuktikan bahwa niatnya kali ini benar-benar untuk berubah dam alan juga melihat kesungguhan desi untuk berubah dan karena ingin menepati janji mereka berdua untuk saling setia, alan pun kembali menjalin cinta dengan desi dengan bahagia dengan saling pengertian, saling percaya, dan saling menghargai perasaan mereka masing-masing. Kedua sejouli itu bahagia sampai naik ke pelaminan dan sampai ajal menjemput mereka
 Sumber : Pikiran sendiri (karya sendiri)